Orang-orang yang merancang dan mendukung teori-teori kebetulan adalah hasil dari pola pikir evolusionis dan materialis. Dengan berkata bahwa alam semesta tidak mempunyai awal maupun akhir, dan bahwa alam semesta bukan hasil ciptaan Sang Pencipta, kalangan ini menyatakan bahwa bermiliar-miliar galaksi, yang terdiri dari bermiliar-miliar bintang, dan semua benda angkasa, planet, bintang, dan sistem sempurna yang memungkinkan semuanya itu tetap berlangsung, semuanya ini muncul sebagai akibat dari serangkaian peristiwa kebetulan yang tidak terkendali. Dengan cara yang sama, mereka menyatakan bahwa, kendatipun ada keteraturan yang menakjubkan di alam semesta ini, makhluk hidup juga terwujud menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan dan nirsengaja.
Dengan penjelasan ini, tampak bahwa mereka menganggap “kebetulan” sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Padahal, menganggap sesuatu selain Allah sebagai kekuatan pencipta tidak lain adalah tindakan menuhankan berhala (musyrik). Dengan kata lain, para evolusionis memiliki berhala yang bernama “kebetulan.” Hal ini akan jelas terlihat oleh siapa saja yang mengamati karya-karya para penganut Darwinisme.
Contoh-contoh makhluk hidup yang diyakini para evolusionis diciptakan oleh “berhala kebetulan” berjumlah tidak terhitung. Misalnya, para evolusionis percaya bahwa sel paling pertama yang menjadi asal mula semua makhluk hidup adalah hasil karya berhala ini. Menurut keyakinan ini, suatu ketika, disebabkan oleh halilintar, hujan dan berbagai peristiwa alam lainnya, sekumpulan atom berdatangan dan saling bergabung tanpa ada rencana sebelumnya untuk membentuk asam amino. Kemudian asam-asam amino ini bergabung membentuk protein, bahan baku dasar bagi pembentukan sel-sel semua makhluk hidup. Proses ini dilaksanakan oleh kekuatan yang disebut kebetulan. Lalu, dengan cara ini, protein langsung membentuk sel hidup yang paling pertama ada, lagi-lagi secara kebetulan tanpa disengaja. Tetapi, pekerjaan “kebetulan” belum juga selesai.
Menurut cara berpikir para evolusionis yang tidak masuk akal tersebut, “berhala kebetulan” ini sendiri juga merupakan cikal-bakal kemunculan berjuta-juta jenis makhluk hidup di bumi. Mula-mula sang berhala ini mengadakan seekor ikan, dan kemudian, setelah berpikir bahwa satu jenis ikan saja tidak akan cukup, sang berhala membentuk ratusan ribu jenis (spesies) ikan. Karena beratus-ratus ribu spesies ikan masih belum cukup, sang berhala juga memunculkan makhluk laut lain di samping ikan dan menciptakan lingkungan hidup yang indah memukau di dasar laut. Lalu, si “berhala kebetulan” ini juga berpikir bahwa kehidupan bawah laut belumlah cukup, maka ia pun mempersiapkan perubahan struktural tertentu di dalam tubuh ikan sehingga memungkinkannya hidup di daratan. Melalui perubahan bertahap yang acak, sirip ikan tanpa diduga berubah menjadi kaki, dan insangnya tanpa disengaja berubah menjadi paru-paru sehingga ikan dapat bernafas dengan udara. Akan tetapi, semua itu belum mencapai keanekaragaman makhluk hidup sebagaimana yang kita lihat sekarang, sehingga “si kebetulan”, konon kabarnya, terus melaksanakan kekuatan gaibnya …
Seperti yang akan kita saksikan nanti dalam berbagai contoh, makhluk hidup hanya dapat bertahan hidup jika organ-organ tubuh mereka sudah dalam keadaan lengkap dan berbentuk sempurna. Tidak berfungsinya sejumlah organ dapat menyebabkan kematian pada suatu makhluk hidup dalam beberapa menit atau, paling lama, dalam beberapa hari. Akan tetapi, menurut pernyataan para evolusionis, “berhala kebetulan” ini telah berpikir, merancang, dan membentuk seluruh seluk-beluk makhluk hidup secara sadar, sangat hati-hati, tanpa cacat dan secara sempurna selama berjuta-juta tahun.
Sebagaimana yang dapat kita pahami dari contoh-contoh ini, bagi para evolusionis, “kebetulan” adalah sejenis tuhan yang dapat membuat apa saja yang diinginkannya, membentuk segala sesuatu yang diinginkannya dengan segera, dan mengubah satu binatang menjadi binatang jenis lainnya. Selain melakukan semua ini, sang tuhan dapat mengatur warna, penampakan, dan rasa semua makhluk hidup dan tak hidup dengan seindah mungkin.
“Berhala kebetulan” meletakkan vitamin dalam buah-buahan sesuai musimnya dan menjadikannya segar berair dan menyehatkan. Sang berhala memastikan bahwa aroma dan rasanya serupa di mana-mana. Dia juga memiliki pengetahuan tentang bagaimana menempatkan semua informasi yang akan senantiasa diperlukan oleh tumbuhan dalam sebutir biji yang mungil.
Apa yang sudah kita sebutkan sejauh ini merupakan dasar berpijak bagi pernyataan hasil pemahaman kaum materialis dan evolusionis. Tentunya sudah menjadi fakta yang jelas bagi setiap orang yang bijak dan berhati nurani bahwa semua contoh ini tidak dapat diwujudkan secara “kebetulan”, yang merupakan satu-satunya penjelasan yang dikemukakan kalangan evolusionis. Sekarang pikirkanlah hal ini: dapatkah serentetan kebetulan bergabung dan membentuk jalan raya atau mendirikan perusahaan angkutan serta memastikan semua ini akan berjalan dengan lancar? Tak diragukan lagi, mustahil hal-hal semacam ini terjadi secara kebetulan tanpa sengaja. Seperti halnya tidak mungkin sebuah perusahaan angkutan didirikan secara kebetulan, tidak mungkin pula sistem peredaran darah di dalam tubuh terjadi secara kebetulan. Sebagaimana halnya dengan sekelompok orang yang membuat bagian-bagian baja Menara Eiffel satu per satu, memotongnya menjadi sejumlah potongan berukuran tertentu, merancang menaranya, merakit bagian-bagiannya sesuai dengan cetak-biru serta membuatnya kukuh, maka ada Kekuatan Yang menciptakan tulang-tulang manusia. Tulang-tulang ini, yang semuanya berukuran sesuai kebutuhan, diletakkan di tempat yang paling tepat, agar sesuai dengan rancangan tubuh manusia, lalu kerangka yang kuat diciptakan dari sambungan tulang-tulang ini. Inilah kekuatan yang berkuasa atas segalanya di alam, meliputi segala sesuatu. Tidak dapat dibandingkan dengan apa pun juga. Pemilik kekuatan ini adalah Allah, Dialah sang Pencipta langit dan bumi beserta segala sesuatu di antara keduanya.
Semua perbandingan yang telah dibuat sejauh ini serta contoh-contoh yang diberikan di sepanjang buku ini merupakan sebagian kecil saja dari keanekaragaman karya seni Allah yang sempurna dalam penciptaan. Misalnya, hanya sejumlah kecil ciri-ciri umum kupu-kupu yang disebutkan di sini, sementara, telah ditulis berlembar-lembar halaman buku penuh membahas tentang mata kupu-kupu saja. Selain itu, terdapat banyak jenis kupu-kupu yang berlainan, masing-masing memiliki serangkaian ciri yang khas. Dalam buku ini, hanya sedikit seluk-beluk tubuh manusia yang dibahas secara umum, tetapi sudah ada berjilid-jilid buku tebal dan karya-karya penelitian yang membahas tentang tulang saja. Ada buku-buku yang berisi halaman khusus yang membahas kornea mata manusia, sayap seekor serangga, dan bahkan tentang bahan pembentuk sayap ini.
Semua ini menunjukkan bukti nyata akan keberadaan Allah. Allah meliputi segala sesuatu dalam pengetahuan-Nya, dan semua orang yang memahami hal ini akan segera melihat kehebatan yang ada dalam penciptaan. Semua orang akan memahami kebesaran Allah, sesuai dengan derajat kearifan dan hati nuraninya. Begitu pula, kewajiban terpenting seseorang yang telah mulai memahami kekuasaan dan karya seni Allah yang tak ada habisnya adalah kembali kepada Pencipta sebenarnya dari keindahan yang dilihatnya itu, serta menjalani kehidupan yang hanya ditujukan untuk memperoleh ridla Allah semata. Dalam Al Quran, Allah memberi tahukan kepada kita tentang kekuasaan-Nya sebagai berikut:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah, Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al An’aam, 6:102)
0 komentar:
Posting Komentar