Pilih Bahasa

Powered By Blogger

Jumat, 18 Juni 2010

Membongkar Dusta Pendeta Rudy Muhamad Nurdin

Majalah Tabligh Vol. 04/No. 01/Rabi’ul Awal 1427 H/April 2006 M
Alih-alih membagikan kabar suka-cita Injil, Pendeta Rudy Muhamamd Nurdin mengemas penginjilan dengan cara-cara yang tidak terpuji. Semangat misionarisnya meledak-ledak untuk “menjala” kaum muslimin agar mau “terima Yesus” menjadi penganut Kristiani. Tetapi, ilmu dan wawasannya yang sangat dangkal tak sanggup mengimbangi semangatnya. Akibatnya, gerakannya zigzag, kacau dan tak terarah.

Dengan slogan Injili “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati,” Pendeta RM Nurdin menyebarkan doktrin kekristenan melalui belasan buku berkedok Islam. Salah satu buku yang judul dan sampulnya sangat islami, adalah “Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an.” Pada cover depan, judul buku ini ditulis pula dalam bahasa Arab “Al-Ayatul-Muhimmah Fil-Qur’an,” sementara pada cover belakang diberi label “Untuk Kalangan Sendiri,” supaya terkesan bahwa buku itu adalah bacaan internal umat Kristiani. Ternyata label “Untuk Kalangan Sendiri” ini justru dilanggar sendiri oleh Pendeta Nurdin.

Terbukti, pada halaman 10 ditulisnya bahwa bukunya disampaikan kepada semua pembaca yang beriman –termasuk umat Islam:

“...Buku ini untuk kusampaikan kepada kaka-kakakku, familiku dan semua saudara-saudaraku dan semua pembaca yang beriman” (baris ke-6 dari bawah).

Statemen ini dipertegas pada halaman 45, menuangkan harapan agar buku ini dibaca oleh semua umat Islam: “Semoga semua umat Islam membaca buku-bukuku dan selamat Akhirat Surga...” (baris ke-4 dari bawah).

Sikap plin-plan pendeta ini semakin diungkap sendiri oleh media Kristen. Dalam wawancara di tabloid Kristen, Pendeta Nurdin mengaku terus-terang bahwa sebenarnya buku tersebut memang untuk menohok iman umat Islam:
“Jadi, bukunya bukan untuk kalangan sendiri? Betul sekali. Tetapi, saya tulis ‘Untuk Kalangan Sendiri’ untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati…. Kemudian saya tulis buku Keselamatan di dalam Islam supaya mereka dapat mengetahui Injil melalui buku-buku saya. Sebagian isinya tulisan Arab. Tentu saja saya harus memahami tentang Islam terlebih dahulu. Saya juga punya Alkitab berbahasa Arab…” (baca wawancara: Supaya Mereka Dapat Mengetahui Injil Melalui Buku-Buku Saya).

Muhamad Nurdin memang pendeta supermunafik. Meski telah melakukan tipuan yang berarti kebohongan, tapi dia tidak merasa berdosa sedikit pun. Malah dia mengeluarkan himbauan kepada umat Kristen agar turut serta membantunya dalam pengedaran buku-buku yang ditulisnya kepada kaum muslimin. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, Pendeta yang tinggal di kawasan Slipi, Jakarta Barat ini menjustifikasi tipuan dan kemunafikannya dengan ayat-ayat Alkitab. Nurdin berkilah bahwa penginjilannya itu sesuai dengan ajaran Alkitab:
“Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat” (I Korintus 9: 20).

Ayat Bibel ini disimpulkan oleh Pendeta Nurdin bahwa untuk menghadapi orang Yahudi, harus pura-pura seperti Yahudi. Menghadapi kaum Muslim, harus berpura-pura seperti orang Islam. Maka untuk menjala umat Islam harus memakai Al-Qur’an.

Ulah misi Pendeta Nurdin ini jelas berbahaya bagi kerukunan umat beragama, karena bisa mengoyak keharmonisan hubungan Kristen dan Islam.

Pendeta yang Mengaku bernama lengkap Pendeta Rudy Muhamad Nurdin yang tinggal di kawasan Grogol, Jakarta Barat ini memang memiliki semangat misionari (penginjilan, Kristenisasi) yang sangat tinggi, terutama kepada umat Islam.

Dia berusaha memasukkan doktrin Kristen dan pendangkalan akidah kepada umat Islam. Maka Pendeta yang menjabat sebagai Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun, Jakarta Timur ini menulis belasan buku berwajah Islam. Wajah Islam dalam buku-buku Pendeta Nurdin ini hanya kedok belaka. Demikian pula label “Untuk Kalangan Sendiri” yang dicantumkan pada cover 4 semua bukunya. Semua itu hanya tipuan, karena dalam wawancaranya dengan Hatorangan, Pendeta mengaku bahwa sebenarnya buku-buku itu semuanya diperuntukkan untuk umat Islam. (baca wawancara: Supaya Mereka Dapat Mengetahui Injil Melalui Buku-Buku Saya).

Belasan buku penginjilan berkedok Islam tulisan Pendeta Nurdin itu adalah:


  1. Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an (Al-Aayatul Muhmitatu fil-Qur’an) 84 halaman,
    Keselamatan di dalam Islam (61 halaman),

  2. Selamat Natal Menurut Al-Qur’an (28 halaman),

  3. Kebenaran Yang Benar (Ash-Shodiqul Masduuq) 107 halaman,

  4. Kebenaran yang Menyelamatkan (Ash-Shodiiqul Muslim) 79 halaman,

  5. Isa Alaihi Salam dalam Al-Qur’an yang Benar (‘Isa ‘Alaihissalam fil-Qur’an) 84 halaman,

  6. Keselamatan untuk Akhir Hayat (Salamatul Akhirotul Khoyat) 62 halaman,

  7. Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar (As-Sirrullahi Al-Akbar) 93 halaman,

  8. Rahasia Allah Yang Paling Besar (As-Sirrullahi Al-Akbar) 77 halaman,

  9. Waspadalah UFO Berbahaya (99 halaman),

  10. Bila Terjadi Kiamat Aku Selamat (86 halaman),

  11. Ya Allah Ya Ruh Ulqudus Aku Selamat Dunia dan Akhirat (76 halaman),

  12. Waspadalah!!! “….” Itu Selalu Ada (28 halmaan),

  13. Hampir Saya Musnah dan Terungkaplah Sebuah Misteri Dunia (96 halaman),

  14. Bila Terjadi Perang Nuklir Aku Selamat,

  15. Wahyu Tentang Neraka,

  16. Wahyu Keselamatan Allah, dll.


Dengan belasan judul buku itu, Nurdin pun ditokohkan di gereja sebagai “Pendeta Pakar Islamologi.” Maka Pendeta Nurdin dipercaya sebagai islamologi di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Jakarta. Sedangkan di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Nurdin tercatat sebagai Anggota Kelompok Kerja WASAI.

Bila dikaji, hampir semua isi buku Pendeta Nurdin tidak bisa dipertanggungjawabkan. Selalu ada kesalahan ilmiah, bahkan penghujatan kepada Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya isi buku yang salah, bahkan dari judul bukunya pun rata-rata mengalami kesalahan yang sangat fatal.

Buku Kebenaran Yang Menyelamatkan misalnya, pada cover depan judul ini ditulis pula dengan kalimat bahasa Arab “Ash-Shodiiqul Muslim.” Judul ini tentu salah dan artinya sangat jauh meleset, karena “Ash-Shodiiqul Muslim” bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Teman yang beragama Islam.”

Kesalahan judul buku dalam transliterasi Indonesia–Arab ini membuktikan bahwa Pendeta Nurdin bukanlah pakar Islamologi, tapi awam Islamologi. Kita pun merasa heran dan prihatin kepada umat Kristiani di Indonesia yang menjadikannya sebagai pahlawan penginjilan. Karena pada hakikatnya semua ajaran penginjilan, perbandingan agama dan Islamologi yang dipersembahkan Pendeta Nurdin kepada gereja itu penuh kebohongan dan kekeliruan. Bahkan bila dibiarkan, sepak-terjang Pendeta Nurdin itu mencederai dan merobek kerukunan umat beragama. Sebab dalam buku-bukunya, Pendeta Nurdin banyak terdapat pemelesetan ayat, penghujatan Nabi, pelecehan Islam dan kebohongan sejarah.

Beberapa poin yang bisa memicu amarah umat dalam buku-buku Pendeta Nurdin antara lain: Nabi Muhammad Belajar Alkitab (Bibel) Sampai Hafal; Nabi Menikahi Wanita Kristen dengan Tatacara Kristen, dan Mendapat Kado Alkitab (Bibel); Nabi Muhammad Beribadah Kristen selama 15 tahun; Nabi Muhammad Adalah Pencetus Agama Pantekosta dan Kharismatik; dan Nabi Muhammad disamakan dengan Pendeta Nurdin dan Lia Aminuddin (Lia Eden)

Komentar tentang agama lain adalah isu yang paling sensitif dalam hubungan antarumat beragama, lebih sensitif daripada kulit telur, dan lebih bahaya ledakannya daripada bom. Karena bila tersulut, akan mudah meledak dan berdampak pada rusaknya hubungan sesama manusia beragama yang terlibat.

Penghujatan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin dari Indonesia dan Jyllands Posten dari Denmark telah melakukan pencederaan terhadap agama Islam. Dan, jembatan yang selama ini dibangun untuk menjalin kerukunan antarumat beragama pun menjadi berantakan, lantaran akar-akar permasalahan selalu ditanam oleh manusia-manusia jahil yang ditokohkan sebagai ahli agama oleh pihak tertentu. Contoh konkretnya adalah Pendeta Rudy Muhamad Nurdin, sang pemecah-belah bangsa. mag, mai, eros, qohar

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More