Isu pemurtadan terhadap warga Aceh, pascagempa tsunami kembali muncul ke permukaan. Kali ini, upaya pemindahan agama itu diduga dilakukan relawan asing kepada warga di daerah Loknga, Aceh Barat.Saksi mata, upaya pemurtadan itu, Ponirin menyatakan, peristiwa itu terjadi sekitar dua bulan lalu, tepatnya Ahad (13/3) di sebuah barak pengungsian yang didirikan Unicef di daerah Loknga. Menurutnya, saat itu, dia sengaja menyusup ke barak, dengan berpura-pura sebagai warga.
Ponirin mengungkapkan, di dalam tenda yang banyak dipasang palang salib itu, terlihat puluhan warga Aceh yang duduk di hadapan seseorang asing yang sedang berkhutbah di atas mimbar.
"Waktu itu, saya mengintip ke dalam, kemudian saya tunggu di luar sampai acara itu selesai," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (13/5).
Berdasarkan keterangan seorang warga asal Lamno, Calang, yang ikut dalam acara itu, kata Ponirin, di dalam tenda itu, warga hanya diminta mendengarkan khutbah dan dapat imbalan Rp 2 juta.
Warga itu menyatakan, setelah diberi Rp 2 juta, mereka masih ditawari uang lagi Rp 8 juta.
"Asalkan, mereka mau menandatangani sebuah surat kesepakatan, entah isinya mengenai apa," tutur Ponirin. Dia menambahkan, tak semua yang hadir dalam tenda itu mau menerima tawaran itu. Beberapa dari mereka memilih menolak dan langsung keluar dari tempat itu. Menurut Ponirin, puluhan warga Aceh yang masuk ke tenda itu, rata-rata berumur di atas 30 tahun, bahkan ada yang lanjut usia. Dari sekian banyak yang ikut, hanya sembilan orang yang setuju tanda tangan. "Kebanyakan mereka yang lanjut usia."
Ponirin mengungkapkan, upaya pemurtadan itu memang tidak dilakukan secara paksa. "Awalnya para relawan itu memberikan bantuan berupa perawatan kesehatan, makanan, dan sebagainya. Sampai akhirnya, mereka mengiming-imingi uang, yang memang dibutuhkan warga Aceh saat ini," ujarnya. Kepala Dinas Penegakan Syariah Islam NAD, Prof Alyasa, menyebut aktifitas relawan asing itu sebagai pendangkalan aqidah. "Itupun belum bisa kami buktikan kebenarannya. Sebab setiap didatangi petugas dinas, kegiatan yang dimaksud tak pernah dilakukan," ujar Alyasa ketika dihubungi lewat telepon. (RioL)
( c22/c23 )
0 komentar:
Posting Komentar