Pilih Bahasa

Powered By Blogger

Jumat, 18 Juni 2010

Metode Pemurtadan : ‘Tulus Bak Merpati, Cerdik Bak Ular’ (repost)

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat pada 2002 pernah merekrut beberapa santri untuk dilatih dakwah secara khusus. Setelah itu, mereka diterjunkan ke sejumlah rumah sakit daerah. Dua daerah di Jawa Barat yang sempat terlihat menjalankan program ini adalah Sumedang dan Cianjur. Tujuan program ini tidak pernah dijelaskan secara vulgar untuk melawan gerakan pemurtadan.

Para santri ini hanya dinyatakan sebagai rohaniwan yang ditugasi untuk memberi terapi mental kepada para pasien yang beragama Islam. Mereka datang ke rumah sakit, lalu memberi siraman rohani, dan membacakan doa-doa yang menyejukkan batin.

Meski begitu, aktivitas tersebut secara langsung juga menjadi bentuk perlawanan terhadap upaya pemurtadan. Forum Antisipasi Pemurtadan (Fakta) menyebutkan bahwa salah satu modus pemurtadan dilakukan melalui rumah sakit. Pasien beragama Islam dituntut meninggalkan agamanya dengan janji bahwa hal itu bisa meringankan penderitaannya. Janji seperti itu jelas sangat menggiurkan.

Selain itu, sekarang juga ada modus yang cukup populer digunakan untuk memurtadkan umat Islam. Aktivis yang terlibat pemurtadan berusaha menyamar jadi pemeluk Islam, lalu menggunakan simbol-simbol Islam untuk memurtadkan umat. Kurang lebih cara seperti ini mirip dengan jalan yang ditempuh C Snouck Hurgronje di zaman penjajahan dalam mengadu domba umat Islam.

Model kamuflase seperti itu, antara lain, bisa dilihat dalam situs-situs anti-Islam yang bertebaran di internet. Kunjungi saja situs http://answering-islam.org.uk/ http://www.islamreview.com/ atau http://www.faithfreedom.org/. Sepintas, situs ini menggambarkan bahwa materi yang dikandungnya bernapas Islam. Tapi, kalau dibaca lebih cermat, sebenarnya situs ini menebar kampanye untuk melawan Islam.

Dalam situs http://www.islamreview.com/ misalnya termuat artikel yang judulnya sangat provokatif: 'Cepatnya Kematian Islam'. Artikel itu ditulis seseorang yang mengaku bernama Ali Sina. Melalui artikel tersebut, Ali membantah keras sekali anggapan bahwa saat ini Islam menjadi agama yang pertumbuhannya paling cepat.

Dia mengungkap data, setiap jam 667 orang Islam masuk Kristen. ''Dalam setiap tahun terdapat 6 juta Muslim yang berpindah jadi pemeluk Kristen,'' ujar Ali. Eksodus ini, tambahnya, dilakukan karena Islam tidak bisa konsisten dalam memandang kajian ilmiah, etika, hak asasi manusia, dan logika.
Selain di internet, kamuflase juga ditemukan dalam beberapa brosur. Tim dari Fakta sempat mendapatkan brosur berjudul 'Dakwah Ukhuwah', 'Shirathal Mustaqim', 'Jalan Al Rahmat', juga yang lain. Dari namanya, brosur tersebut seperti berisi dakwah untuk mengajak orang memahami Islam. Padahal, buletin-buletin tersebut menurut penyelusuran tim dari Fakta, diterbitkan oleh sebagian kalangan Kristen untuk memurtadkan umat Islam.

Cara lain yang juga ditempuh dalam upaya pemurtadan adalah menggauli Muslimah baik melalui pemerkosaan maupun rayuan. Modus seperti ini sempat ditemui di Padang, Sumatra Barat. Beberapa Muslimah akhirnya terjebak masuk Kristen karena hamil di luar nikah.

Sekjen Fakta, Abu Deedat, menjelaskan bahwa cara-cara yang ditempuh dalam proses pemurtadan sangat banyak. Mulai dari yang halus sampai yang vulgar. Tapi, secara umum, katanya, para penggiat pemurtadan ini menjalankan tugasnya dengan dua prinsip. ''Mereka tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular,'' ungkapnya.

Sedangkan pola yang digunakan para tokoh pemurtadan adalah pembinaan dan penghancuran. Pola pembinaan misalnya berbentuk bantuan sosial, beasiswa, menyediakan tenaga ahli (dalam berbagai bidang), juga menggiatkan pendidikan. Sedangkan pola penghancuran ditempuh melalui upaya penurunan moral, penyesatan ajaran, dan sejenisnya.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, sambungnya, makin lama, upaya pemurtadan dijalankan semakin sistematis dan terorganisasi. Sudah begitu, dana pemurtadan, menurutnya, juga tidak terbatas. Sementara pada saat yang bersamaan, umat Islam semakin mudah dipecah dan gerakannya tidak tertata rapi. Saat ini, seperti pernah disinggung mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, kebanyakan orang Islam juga hidup di negara miskin. Tidak seimbang. (Republika)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More