PONOROGO -- Ada yang makin aktif mengail di air keruh dengan melakukan
upaya pemurtadan saat umat Islam difitnah sebagai biang teroris. Kepala
Sekolah Menengah Atas (SMA) Bhakti Ponorogo, Jawa Timur, Agung Pramono, pekan lalu, pun terkejut karena menerima kiriman paket sebanyak lima kardus. Isinya 500 eksemplar Alkitab (Injil).
Selain SMA Bhakti, sejumlah pondok pesantren (ponpes) dan lembaga pendidikan Islam lain di Ponorogo, ikut menerimanya. ''Paket itu dikirim orang yang tidak kami kenal. Tentu saja kami kaget setelah mengetahui isinya. Apa lagi, kami sama sekali tidak pernah merasa memesannya,'' kata Agung kepada wartawan, Selasa (3/1).
Agung menegaskan, sekolah swasta yang dipimpinnya memiliki 880 siswa plus para pengajar yang 100 persen Muslim. Menurutnya, kurir yang mengirimkan paket tersebut hanya mengatakan sekedar bantuan untuk melengkapi perpustakaan di SMA Bhakti.
Karena itu, lanjut Agung, meskipun sekolah yang dipimpinnya bukan di bawah lembaga pendidikan Islam, kitab suci umat Nasrani itu hanya disimpan dan tidak dimasukkan di perpustakaan.
Dari Lembaga Alkitab Ponpes Darul Fikri, di Desa Bringin, Kecamatan Balong, Ponorogo, menerima kiriman paket serupa sejak sebelum Ramadhan tahun lalu. ''Kami
menerima dua kardus. Satu kardus berisi 40 eksemplar Injil ukuran besar dan satu kardus lainnya berisi 100 eksemplar Injil ukuran saku,'' kata Pimpinan Ponpes, KH Ahmad Juhaini Jimin, kepada Republika, Selasa (3/1).
Di dua kardus tersebut terdapat tulisan Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesia Bible Society), Jl Salemba Raya 12, Jakarta 10430, Indonesia. Alamat pengirim ini sama dengan yang diterima SMA Bhakti akhir pekan lalu. Namun, menurut Kiai Ahmad, pengirim paket tersebut sudah sangat dikenalnya. Yaitu seorang warga keturunan, salah
satu pemilik toko di Kota Ponorogo.
''Ia memang Nasrani, kebetulan kami sering berbelanja di tokonya,'' ungkap kiai lulusan Islamic University Madinah, Arab Saudi, angkatan 1983, ini. Orang yang dimaksudnya itu sempat menanyakan keberadaan perpustaan di ponpes Darul Fikri. Setelah dijawab ada, kemudian mengirimkan paket Injil. Berdasarkan pertimbangan
para pengasuh ponpes, ratusan Injil itu 'dibekukan'. Ia mengaku khawatir,
kalau ditolak atau dikembalikan akan dibagikan ke tempat lain. Sedangkan jika dimusnahkan akan menimbulkan masalah baru.
Pegang teguh Alquran Diakuinya, beberapa guru memang ada yang membacanya
sekedar untuk perbandingan. Namun, menolak jika harus dipajang di perpustakaan. Sebab, para santrinya yang berjumlah sekitar 350 anak, dianggap masih belum
kuat memegang akidah.
Kiai yang sebelum kuliah di Madinah juga sempat nyantri di Ponpes Walisongo, Ngabar, Ponorogo, itu menduga ponpes lainnya menerima paket serupa. Soal motivasi atau misi pengirimnya, Kiai Ahmad, menyatakan tidak tahu persis. ''Mungkin ini tahap awal
pemurtadan secara halus. Wallahualam,'' ucapnya.
Paket Injil, pekan lalu, juga diterima Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sunan Ampel Ponorogo dan Institut Sunan Giri (Insuri) Ponorogo. Jumlahnya 200 eksemplar. ''Kami sempat berdialog dengan tiga kurir pengirimnya, dua dari Jakarta, satu dari Ponorogo. Paket itu sebelumnya akan dikirim ke Ponpes Darul Huda, Mayak, Tonatan, Ponorogo. Karena ditolak, dialihkan ke STAIN dan Insurit,'' jelas Ketua STAIN Ponorogo, Sugianto.
Namun, karena di STAIN ada mata kuliah Perbandingan Agama, paket Injil itu dimanfaatkannya. Sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ponorogo, Sugianto akan menindaklanjuti jika ada laporan yang meresahkan di masyarakat akibat pengiriman paket Injil tersebut. ''Kalau ada kiriman dan tidak berkenan, lebih baik ditolak. Terpenting, sebagai muslim, kita harus percaya dan memegang teguh kitab
Alquran,'' tuturnya. Misionaris asing Sementara Kantor Berita Antara kemarin melaporkan, aparat Kantor Kesbang dan Linmas Provinsi Bengkulu mempertanyakan kegiatan 13 orang misionaris asing. Mereka menjadi petani di sebuah desa dekat
Taman Hutan Raya Rojo Lelo, Bengkulu Utara, atau 14 Km arah utara kota
Bengkulu. ''Kita tengah mendalami laporan orang asing yang menjadi petaniitu. Tidak bisa seenaknya orang asing bekerja tanpa adanya izin,'' kata Kepala Kesbang Linmas Provinsi Bengkulu, Chairudin.
Bila yang dilakukan orang asing itu menyebarkan agama, sebenarnya sudah ada SKB tiga menteri yang menjelaskan tata cara penyebaran agama. Yaitu hanya diperkenankan kepada penduduk yang belum beragama (animisme/atheis.
0 komentar:
Posting Komentar