Raut wajah Kheista Ashfia tertekuk kaget saat membaca layar monitor komputer di hadapannya. Siswi kelas dua dan pengurus kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) sebuah SMA terkemuka di Bandung itu, membaca kembali apa yang dilihatnya dengan lebih teliti. "Wah, ini situs aspal," katanya. Kemudian dengan satu kali klik, ia pun beralih dari situs asli tapi palsu tersebut.
Benar, hampir saja Kheista mencerap informasi yang tidak ia kehendaki. Sebagai siswi haus ilmu agama yang dianutnya, remaja belasan tahun itu tertarik untuk mengklik situs "answering-islam" ( http://www.answering-islam.org/ ) yang ditemukannya saat berselancar di dunia maya. Ia makin gembira setelah dilihatnya situs itu tidak hanya memakai bahasa Inggris, melainkan aneka bahasa lain di dunia. Ada Arab, Prancis, Jerman, Turki, Thai, Urdu, Rusia, Cina, Finland. Bahkan, bahasa Indonesia, yang kemudian langsung ia klik. "Saya ingin mencari jawaban, tapi yang saya dapat justru jawaban yang sudah dikemas disinformatif," kata dia.
Wajar saja bila remaja seperti Kheista menganggap situs tersebut berisi penyesatan. Saat awal situs itu dibuka, ia menganggap lembaran itu merupakan sebuah forum diskusi yang melibatkan banyak pihak. Apalagi, pada halaman muka situs itu tertera jelas kalimat "sebuah dialog Kristen dan muslim". Tetapi, semakin banyak ia mengklik aneka topik yang tersedia, keningnya semakin berkerut kaget.
Betapa tidak, alih-alih bisa mendapatkan info netral, beberapa topik seperti Wanita Dalam Islam, Alquran, Indeks Islam, Siapakah Tuhan, dan sebagainya, justru semakin membuatnya curiga ada sesuatu yang salah. Kheista mencontohkan, dalam topik Wanita Dalam Islam, terkesan seolah Islam membenarkan adanya kekerasan dalam rumah tangga. "Masak di sana disebutkan, Islam membolehkan suami memukul istri mereka," kata Kheista. Apalagi dalam topik Mengapa Mereka Beralih? "Eh, ternyata isinya orang-orang Islam dari seluruh dunia yang berpindah ke agama lain," kata dia. Sejak membuka topik itulah, Kheista yakin bahwa situs yang dibukanya penuh penyesatan.
Upaya disinformasi itu lebih terasa dalam topik Islam dan Terorisme. "Dengan membacanya, pemandu situs itu seolah menggiring bahwa Islam itu agama yang membolehkan teror." kata dia. Apalagi berkaitan dengan topik paling hangat, soal kartun Nabi. Jauh dari menuntaskan persoalan, situs itu bahkan mempersoalkan reaksi umat Islam, seraya menjejalkan kesimpulan bahwa tidak ada larangan untuk menggambarkan Nabi Muhammad dalam lukisan. Sebenarnya, bila Kheista lebih rajin berselancar, puluhan situs aspal lainnya dengan gampang bisa nyangkut terklik tetikusnya. Contoh gampang, di ranah maya, betapa gampang kita menemukan situs semisal http://www.aboutislam.com,/ http://www.thequran.com,/ ataupun situs http://www.allahassurance.com/ Jangan salah, meski namanya menyiratkan keislaman, situs-situs tersebut tidak lebih dari upaya disinformasi mengenai Islam.
Bukalah aboutislam. Situs yang lebih berfungsi sebagai milis itu, penuh dengan aneka topik 'dialog Islam-Kristen'. Hanya, bila dibandingkan dengan answering-islam, situs itu jauh lebih beradab. Paling tidak, selain menampilkan mereka yang beralih ke agama lain, ada bagian lain situs itu yang juga memuat nama-nama para mualaf. "Itu tampilan baru," tulis seseorang yang mengaku bernama Basmah dalam situs itu. "Sebelumnya, Anda, pengelola aboutislam, telah lama mengesankan sikap yang justru anti-Islam." Basmah memberikan komentar dalam topik Tentang About Islam.
Adapun situs Thequran, tampaknya memang ditujukan untuk dunia Arab, atau mereka yang mengerti bahasa dan huruf Arab. Pasalnya, situs itu memang hanya menampilkan diri dengan huruf dan bahasa Arab, tanpa yang lain. Persoalannya, siapakah yang berada di belakang situs-situs tersebut? Pencarian melalui situs Internic juga tidak banyak memberi keterangan berarti. Allahassurance.com didaftarkan oleh The Tidewinds Groups, yang beralamat surat di PO Box 189, Marblehead, Maryland, Amerika. Itu saja. yang lain bahkan tidak tercatat pemiliknya. Mungkin karena misterius itulah, beberapa waktu terakhir bahkan beredar rumor bahwa keempat situs tersebut dibuat oleh kalangan Zionis Israel. Kabar burung yang sukar ditelusuri kebenarannya, tentu.
Tetapi, memang itulah dunia internet. Menurut pakar teknologi komunikasi, Roy Suryo, sangat mungkin siapa di belakang sebuah situs tidak tercatat dan terlacak. "Itulah repotnya dunia internet. Kita kadang tidak bisa tahu apa di balik munculnya sebuah situs, siapa yang memublikasi, dan sebagainya," kata Roy.
Meskipun setiap situs teregistrasi di Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (www.icann.org), tambah Roy, tidak bisa dijamin secara pasti siapa pemilik sesungguhnya situs tersebut.
Bahkan, menurut dia, kalaupun nomor internet protocolnya bisa terlacak, mungkin saja nama yang digunakan juga aspal, alias nama samaran. Persoalan bisa tambah rumit, manakala ditelusuri berdasarkan nomor rekening yang digunakan pun, ternyata rekening dan --mungkin saja-- kartu kredit yang dipakai pun bodong dan hasil curian juga. "Internet saat ini benar-benar media terbuka," kata dia.
Alhasil, hal itu membuat kesulitan tersendiri, kala muncul pihak-pihak yang memublikasikan sebuah situs yang sengaja dibuat untuk tujuan disinformasi. Seperti situs-situs di atas tadi.
Menurut Roy, semua akhirnya terpulang pada pengguna internet sendiri. Merekalah yang harus waspada, apakah sebuah situs bisa dipercaya, atau justru harus segera ditinggalkan. "Merekalah akhirnya yang harus menentukan. Terus mengakses dan memercayai informasinya, atau ganti situs lain yang lebih kredibel," kata pakar yang seringkali dimintai bantuan dalam kaitan investigasi oleh Mabes Polri tersebut.
( dsy/c38/Republika )
0 komentar:
Posting Komentar